Blog ini berisi artikel hasil copy paste dari grub whatsup, telegram, facebook, dan lain-lain untuk mengingatkan diri saya sendiri. Semoga Bermanfaat

Agar Ringan Dalam Menghadapi Permasalahan Hidup (Bag.3)

AGAR RINGAN DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN HIDUP (BAG. 3)


Ikhwan dan akhwat rahimani wa rahimakumullāh.

Dalam ayat lain Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ

"Barang siapa yang beramal shālih baik laki-laki maupun perempuan dan dia seorang mu'min maka kami akan berikan padanya kehidupan yang baik yaitu kebahagiaan."

(QS An Nahl: 97)

Dalam ayat ini Allāh berjanji terhadap orang yang beriman dan beramal shālih untuk diberi kehidupan yang baik. Yang mendapat janji Allāh tersebut adalah mu'min sejati yang selalu mendorongnya untuk beramal shālih, menjauhi syirik dan kemaksiatan.

Jika dia seorang mu'min sejati maka Allāh akan memberinya jaminan hidup, kebahagiaan, ketenangan dan ketentraman di dunia.

Para mufasir memberikan tafsiran yang berbeda-beda tentang kehidupan yang baik (hayātan thayyibah) yang disebutkan dalam surat An Nahl: 97 tadi.

⇒ Ada yang mengatakan hayātan thayyibah itu berarti rejeki yang halal.

⇒ Ada lagi yang mengatakan kepuasan di dalam menerima pembagian dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

⇒ Yang lainnya mengatakan itu adalah petunjuk kepada keta'atan yang menyebabkan dia mendapatkan ridhā Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

⇒ Yang lainnya mengatakan hayātan thayyibah berarti dia diberikan manisnya ketaatan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

⇒ Dan yang terakhir ada yang mengatakan hayātan thayyibah itu adalah mengenal Allāh dan mendapatkan kedudukan yang tinggi di sisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Pertanyaan berikutnya, adalah mengapa iman yang tangguh itu bisa melahirkan kelapangan hidup, bisa menjadikan orang dengan ringan menghadapi segala problem kehidupan?

Yang Pertama | Karena orang yang beriman yakin, seyakin-yakinnya terhadap adanya taqdir Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Seorang mu'min yakin bahwa apa yang terjadi semuanya adalah dengan kehendak dan taqdir Allāh. Dimana seseorang rela atau tidak maka hal itu pasti terjadi karena sudah ditentukan dan ditaqdirkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Allāh berfirman:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ* لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ

"Tidak ada suatu bencanapun yang menimpa di muka bumi ini tidak pula yang menimpamu melainkan yang telah di tulis di dalam kitāb lauhul mafhudz sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allāh kami jelaskan yang demikian itu supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikannya kepadamu."

(QS Al Hadīd: 22-23)

Seorang mu'min adalah seorang yang yakin dari apa yang disebutkan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ وَأَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ

"Apa yang ditaqdirkan menimpamu tidak akan keliru pasti akan menimpamu dan apa yang ditaqdirkan tidak menimpamu maka pasti ia tidak akan menimpamu."

(Hadīts riwayat Ahmad 5/185. Syaikh Syu'aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadīts ini qawiy (kuat).

Karena itu seorang mu'min ketika mendapatkan musibah, ketika menghadapi persoalan yang berat dengan mantap dia mengatakan:

"Qadarullāh wa mā syā a fa'ala."

(Ini sudah di taqdirkan oleh Allāh dan Allāh berbuat sesuai dengan apa yang dia kehendaki)

Setelah itu dia akan mengatakan:

"Innalillāhi wa innāilaihi rāji'ūn."

(Sesungguhnya kami adalah milik Allāh dan kepada-Nya kami akan kembali).

Sebab semua yang ada pada kita adalah milik Allāh, semuanya adalah titipan Allāh sehingga sewaktu-waktu Allāh berhak untuk mengambilnya dari kita.

Disamping itu, semua kejadian dan semua musibah yang menimpa kita, semua sudah ditetapkan oleh Allāh sebelum kita diciptakan dan kehendak Allāh itu pasti akan terjadi.

Berbeda dengan orang yang tidak beriman kepada taqdir yang tidak percaya bahwa Allāh-lah yang menentukan semua yang terjadi pada dirinya maupun yang ada dan terjadi dalam kehidupan ini.

Ketika terjadi musibah atas dirinya maka dia akan berandai-andai dia akan mengatakan (misalnya):

√ Seandainya waktu itu saya tidak jadi berangkat mungkin saya tidak akan terkena/terjadi kecelakaan.

√ Seandainya saya berhati-hati, saya tentu. tidak kecurian dan sebagainya.

Dia akan senantiasa berandai-andai setiap kali mendapatkan masalah/musibah/bencana/penyakit. Yang semua itu bukan merupakan solusi tetapi semakin menyesakkan dadanya, semakin menyedihkan dirinya, bahkan malah menambah masalah dan bukan memberikan penyelesaian.

Seperti disebutkan di dalam Al Qurān surat Al Imrān ayat 154, mereka berkata:

"Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu, hak campur tangan dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh/dikalahkan disini."

Maka kata Allāh:

"Katakanlah wahai Muhammad, sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah di taqdirkan akan mati terbunuh dia itu akan keluar juga ke tempat mereka terbunuh (karena sudah ditaqdirkan oleh Allāh dia terbunuh disana)."

Dan Allāh berbuat demikian untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada di dalam hatimu. Allāh maha mengetahui isi hati.


سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
__________

Rabu, 23 Shafar 1438 H / 23 November 2016 M
👤 Ustadz Dr. Ainul Haris, Lc. MA
📔 Materi Tematik | Agar Ringan Dalam Menghadapi Permasalahan Hidup (Bag.3)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-Tmk-AH-ARDMPH-03
-----------------------------------
Back To Top