Blog ini berisi artikel hasil copy paste dari grub whatsup, telegram, facebook, dan lain-lain untuk mengingatkan diri saya sendiri. Semoga Bermanfaat

TIPS MENGOPTIMALKAN WAKTU (BAGIAN 2 DARI 4)

بسم اللّه الرحمن الر حيم
السلام عليكم ورحمةالله وبركاته

إنّ حمد لله


Kita panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allāh Tabarākahu wa Ta'ala

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi besar Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam, kepada para shahabatnya, keluarganya dan umatnya yang setia mengikuti tuntunannya hingga di akhir nanti.

Pada kesempatan yang berbahagia kali ini kita akan melanjutkan bagaimana cara mengoptimalkan waktu.


(2) JANGAN TUNDA PEKERJAAN ATAU AMALAN

Ini penyakit. Orang biasanya suka menumpuk-numpuk pekerjaan. Dan itu bukan hanya dalam pekerjaan duniawi saja. 

Contohnya, pekerjaan di kantor menumpuk, seharusnya bisa diselesaikan hari ini. Tapi, lha leyeh-leyeh bae, maca koran disik, esuk bae ikih (santai aja dulu, baca koran dulu, besok aja mengerjakannya).

Biasanya, kita melakukan sesuatu mengejar (menekati) deadline. Kalo deadlinenya besok baru sekarang ngebut. 

Sama kayak siswa-siswa, begitu juga kan? Para pelajar kan gitu juga, memakai SKS, sistem kebut semalam. Jadi, pelajaran setahun atau satu semester dikebut dalam semalam. 

Dijamin besok setelah keluar (selesai) ujian, ilmu ne wis hilang, habis kabeh. Karena kalau ingin ilmunya kita dapatkan secara maksimal, memasukkan ilmu itu secara bertahap. 

Makanya sebagian ulama mengatakan :

منْ رَامَ علمة جُمْلَةً ذهبَ عنْهُ جملةً

"Barangsiapa yang mencari ilmu borongan, maka hilangnya juga borongan."

Jadi, kalo semalam kita ngebut belajarnya, dijamin ilangnya juga sebentar, cepat ilangnya. Itu dalam masalah ilmu. Dalam pekerjaan juga demikian, dalam amalan juga seperti itu. 

Oleh karena itu saya ingatkan, kenapa terasa berat mengamalkan ilmu?

Karena banyak diantara kita ketika mendapatkan ilmu tidak segera kita amalkan, tapi kita undur-undur. Itu salahnya. Akhirnya terasa berat, karena sudah menumpuk begitu banyak. 

Coba kalau kita dapat ilmu, misalnya cara mengoptimalkan waktu, langsung kita praktekkan. Bukan mulai besok, mulai ini saya langsung praktek. 

Jadi, saya punya waktu kosong, langsung diisi. Kemudian, saya punya pekerjaan apa, kalau memang ada waktu saat ini dan masih ada energi maka saya kerjakan. 

Ini namanya mengamalkan ilmu, sehingga terasa ringan.

Itu dalam pekerjaan yang bersifat duniawi, seperti mencari ilmu yang bersifat umum. 

Dalam perkara ukhrowi, semisal ibadah, kita diperintahkan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam untuk mengamalkan, manfaatkan waktu kosong dan jangan mengundur-ngundur pekerjaan. Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

بَادِرُوا بِالْأَعْمَال فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا 

"Bersegeralah kalian untuk beramal, sebelum datangnya fitnah yang gelap gulita, seseorang ketika pagi harinya masih mukmin, sore harinya kafir, sore harinya masih beriman, pagi harinya kafir, karena dia menukar agamanya dengan dunia."

(Hadits riwayat Muslim nomor 118)

Itu perintah dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. 

Jadi jangan suka mengundur-ngundur pekerjaan. Begitu ada waktu, kerjakan. Begitu ada waktu kosong, lakukan. Entah itu yang sifatnya duniawi atau ukhrowi, selama itu bermanfa'at, lakukan.

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

بَادِرُوا بِالْأَعْمَال

"Bersegeralah kalian dalam beramal."

Kenapa wahai Rasul?

ِفِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ 

"Sebelum datangnya fitnah yang gelap gulita."

Seperti apa ustadz?

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam :

يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا 

"(Kalau sudah datang masa fitnah), seseorang ketika pagi harinya masih mukmin, sore harinya kafir (murtad dari agama ini)."

Atau sebaliknya :

أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا 

"Sore harinya masih berislam, masih beriman, pagi harinya sudah kafir (keluar dari agama islam)."

Fitnah, kenapa? 

Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam :

يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا

"Karena dia menukar agamanya dengan dunia (materi)."

Makanya, ketika ada pekerjaan segera lakukan. 

Berarti kita disuruh untuk melakukan pekerjaan amalan yang banyak? Iya, sebanyak-banyaknya. 

Tapi jangan cuma banyaknya saja, perhatikan apanya? Kualitasnya. 

Jadi tidak hanya sekedar kuantitasnya, sing akeh amalane. Perhatikan kualitasnya juga.

Kualitas itu seperti apa ustadz, contohnya? 

Amalan itu akan semakin afdhal ketika pas meletakkan amalan itu sesuai dengan waktu dan tempatnya. 

Ada beberapa amalan yang kalau melakukan amalan itu pada pas waktu yang telah ditetapkan, maka itu menjadi amalan yang sangat afdhal. 

Contoh, begitu datang waktu shalat, yang paling afdhal dilakukan saat itu adalah shalatnya. 

Sudah adzan, "Aku arep sedekah disiklah (aku mau sedekah dululah)."

Nah, ini adalah tidak melakukan amalan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan oleh oleh agama kita.

Contoh lain misalnya, habis shalat, yang paling afdhal apa?  Dzikir. 

Kalau misalnya ada orang habis shalat langsung ambil Qurān, baca Qurān, gimana? 

Kurang fokus. 

Padahal membaca Al Qurān itu pahalanya besar gak? Besar. 

Tapi habis shalat, langsung. Mana yang lebih afdhāl? Dzikir.

Ini melakukan amalan pas sesuai dengan waktu. Inilah yang akan meningkatkan kualitas amalan seseorang hamba.

Yang terkait dengan masalah ini ada sebuah buku bagus. Bukunya judulnya adalah "Tajridul Iththiba' Fī Bayāni Asbabbi Tafadhalil A'māl", karya Syeikh Ibrāhim bin Amir Ar Ruhailī. 

Buku ini menjelaskan amalan-amalan yang afdhal sesuai dengan waktu-waktunya yang sudah ditetapkan oleh agama kita. Dan diantara amalan-amalan itu mana yang paling afdhal. Itu dijelaskan dalam buku tersebut.

____ 

Selasa, 08 Jumadal Akhir 1438 H / 07 Maret 2017 M
👤 Ustadz Abdullah Zaen, MA
📔 Materi Tematik | Tips Mengoptimalkan Waktu (Bagian 2 dari 4)
Back To Top